
Oleh: Rusli Abdul Roni
Bumi Sejarah, tanah barakah Palestina, sejak konflik berkepanjangan di Gaza terus menyita perhatian dunia. Kini muncul pula wacana pengambil alihan Gaza oleh Amerika Syarikat yang diumumkan oleh Donal Trump kemarin. Selaras bermulanya gencatan senjata yang telah dipersetujui semua pihak, timbul pula rancangan intervensi berlebihan dari kekuatan besar, seperti Amerika Serikat atau sekutu-sekutunya, yang menganggap dapat menjadi solusi bagi stabilitas wilayah tersebut. Namun, benarkah intervensi ini bertujuan menyelamatkan Gaza, ataukah ini hanyalah bentuk baru dari penjajahan yang dikemas dalam retorika kemanusiaan, kepedulian sosial?
*Narasi Penyelamatan Terselubung*
Rekam jejak sejarah telah menunjukkan bahwa hampir semua gagasan intervensi atas nama penyelamatan atau stabilisasi sering kali membawa dampak yang bertolak belakang dari narasi yang dibangun. Contoh nyata dapat dilihat dari invasi AS ke Irak dan Afghanistan, yang awalnya diklaim sebagai upaya membebaskan rakyat dari tirani, namun pada akhirnya malah “musang berbulu ayam” melahirkan ketidakstabilan berkepanjangan dan krisis kemanusiaan yang lebih parah. Bukankah kita masih ingat slogan yang dikobarkan pada perang dunia kedua “asia untuk asia” dan “saudara tua dari timur”?
Justeru itu, dalam konteks Gaza, dalih yang digunakan tidak jauh berbeda. Narasi yang dibangun adalah bahwa Gaza membutuhkan pemerintahan yang lebih stabil dan masyarakatnya memerlukan bantuan kemanusiaan berkelanjutan. Tetapi apakah kepentingan ini benar-benar tulus atau sekadar alasan untuk memperkuat kontrol geopolitik di kawasan tersebut?
Bumi Gaza secara khusus dan Palestina secara umum adalah wilayah yang memiliki posisi strategis baik dari segi politik maupun ekonomi. Secara geografis, Gaza berbatasan langsung dengan Mesir dan wilayah kekuasaan Zionis, menjadikannya kawasan penting bagi kepentingan Mesir dan pihak Zionis. Dalam kacamata geopolitik global, keterlibatan AS atau sekutu dalam Gaza bukan sekadar soal kemanusiaan, melainkan bagian dari agenda lebih besar untuk memperkuat cengkeraman mereka di Timur Tengah.
Lalu apa yang membuat kuasa besar seperti AS begitu bernafsu terhadap tanah barakah ini? Ada beberapa faktor yang membuat Gaza menarik bagi kepentingan global, antara lain adalah: Pertama Posisi Geopolitik Gaza yang berperan sebagai gerbang masuk yang dapat mempengaruhi dinamika politik di wilayah Palestina dan negara haram Zionis. Kedua, Sumber daya dan jalur perdagangan Gaza, meski sering diabaikan, Gaza memiliki potensi sumber daya laut dan jalur perdagangan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar. Ketiga, Mengurangi pengaruh lawan geopolitik negara seperti Iran dan Turki yang memiliki pengaruh di Gaza melalui berbagai jalur diplomatik dan bantuan. Jadi, dengan hadirnya Intervensi dari kekuatan besar seperti yang diwacanakan bisa menjadi cara untuk membatasi pengaruh ini.
*Dampak terhadap Rakyat Gaza*
Sesuatu yang telah lumrah dimaklumi bahwa setiap intervensi asing selalu membawa konsekuensi terhadap rakyat lokal. Nah, jika AS atau kekuatan lain mengambil alih Gaza, beberapa skenario yang mungkin terjadi adalah:
• Akan berlaku Penghapusan Kedaulatan Palestina di Gaza: Nyata di depan mata kita contoh dan kesan intervensi asing terhadap sesuatu wilayah dan kedaulatan. Dimana sebuah intervensi tidak hanya menggeser kekuasaan tetapi juga otoritas. Justeru itu, pengambil alihan Gaza secara khusus dan Palestina secara umum oleh pihak lain dari pihak Hamas atau Otoritas Palestina, hal ini berarti bahwa rakyat Gaza kehilangan haknya untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
• Terjadi Militerisasi Wilayah: Ya, ini biasa terjadi dimana-mana wilayah intervensi berlaku. Baik secara terang-terangan atau terselubung. Hal ini juga tidak mustahil bisa berlaku kepada Gaza. Jika Gaza diambil alih oleh kekuatan luar, bukan tidak mungkin wilayah ini akan mengalami militerisasi yang lebih besar, dengan dalih pengamanan dan penyelamatan.
• Eksploitasi Sumber Daya: Jika kita perhatikan secara mendalam bahkan secara kasat mata pun, pasti kita akan dapati bahwa dalam sejarah intervensi global, tidak jarang wilayah yang diambil alih akan dieksploitasi sumber dayanya oleh pihak asing tanpa memberikan kesejahteraan bagi penduduk lokal. Bahkan kadang-kadang tanpa intervensi wilayah karena situasi seperti Palestina pun ekploitasi sumber daya ini pun begitu mudah terjadi.
*Adakah Solusi yang Lebih Adil?*
Jika benar kuasa-kuasa besar asing seperti AS ini berniat baik dan tulus untuk membina kembali Gaza yang telah diporak porandakan oleh rezim Zionis ini, maka daripada berujung pada intervensi asing yang bisa berpotensi menjadi bentuk baru dari penjajahan, mungkin beberapa langkah berikut yang lebih adil dan realistis untuk membantu Gaza bisa diteruskan:
1. Dukungan pada solusi diplomatik yang tulus murni. Negara-negara dunia harus terus menerus mendorong dialog antara faksi-faksi Palestina dan Israel tanpa campur tangan yang mendominasi dan terselubung niat buruk yang tersembunyi. Jauh dari sikap hipokrit talam dua muka, yang menjadi sebab kegagalan rundingan-rundingan yang telah dilakonkan.
2. Bantuan kemanusiaan yang netral. Bantuan kepada Gaza secara konsisten dan tidak bermusim harus dilaksanakan oleh berbagai lembaga-lembaga independen, tanpa ada kepentingan politik dan hagemoni tersembunyi.
3. Penguatan kedaulatan Palestina. Gaza dan otoritas Palestina seharusnya diperkuat dalam aspek ekonomi dan politik, akhiri pendudukan haram dan illegal Zionis di tanah-tanah Palestina, agar Gaza dan Palestina umumnya dapat berdiri sendiri tanpa perlu bergantung pada intervensi asing.
Kesimpulannya semua perlu kritis dan berwaspada. Wacana dan gagasan bahwa Gaza memerlukan intervensi asing untuk keluar dari konflik adalah wacana yang harus diwaspadai. Lipatan sejarah mencatatkan bahwa intervensi atas nama stabilitas sering kali berujung pada penjajahan terselubung yang merugikan masyarakat lokal. Jika dunia benar-benar peduli terhadap Gaza, solusi yang harus diutamakan bukanlah pengambilalihan oleh kekuatan asing, tetapi upaya diplomatik dan bantuan yang menghormati hak rakyat Gaza untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Penting bagi masyarakat internasional untuk tetap kritis terhadap setiap upaya intervensi asing yang dikemas dalam narasi penyelamatan. Jangan sampai atas nama kemanusiaan, Gaza justru kehilangan haknya untuk bebas dan berdaulat.
Rusli HoU & Dosen Departemen Ilmu Sosial & Humaniora, College of Continuing Education (CCEd) Univesti Tenaga Nasional (UNITEN) Kampus Putrajaya Selangor-Malaysia rusli@uniten.edu.my