
SEARAH.NET – Uang selalu dijadikan modal utama dalam memenangkan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), namun hasil Pilkada serentak terutama di Kabupaten- Kota di Provinsi Jambi menunjukkan bahwa uang bukan faktor utama.
Pengamat politik Jambi dan akademisi IAIN Kerinci Wawan Novianto mengatakan, Strategi yang tepat lebih dominan dalam memenangkan seorang kandidat. Ia mencontohkan kemenangan pasangan Monadi – Morison di Kerinci sebagai contoh.
“Jika modal finansial jadi faktor utama, mungkin pasangan Deri – Aswanto yang menang, mereka ditopang pengusaha besar asal Kerinci, namun strategi yang lemah membuat mereka kalah,” ungkap Wawan.
Kekalahan pasangan incumbent Ahmadi – Ferry satria di Sungai penuh juga membuktikan bahwa uang bukan segalanya. Sebagai Incumbent Ahmadi tentu punya modal yang kuat, namun pasangan Alvin – Azhar bisa unggul karena strategi mendistribusikan finansialnya lebih baik,” sebut Wawan lagi.
Di Muarojambi juga demikian, Kandidat Incumbent Masnah Busro kalah oleh Bambang Bayu Suseno, padahal Masnah Busro sudah berkuasa sebagai Bupati Lima tahun. Tim – tim yang tidak profesional tampaknya menjadi penyebab mereka kalah,” ujar mahasiswa Doktoral Universitas Andalas ini.
Uang, kata Wawan, memang penting, namun kandidat yang memiliki uang, bisa saja kalah karena tim yang mengelola uang tersebut buruk.
“Uang itu hanya alat, uang memang penting, tapi uang bukan segalanya. Strategi yang tepat, pemilihan tim yang tepat, hingga strategi mendistribusikan uang yang tepat itu lebih penting dari pada uang itu sendiri,”sebut Wawan.
Pilbup Tanjabar juga menjadi contoh bagaimana uang tidak mempengaruhi masyarakat dalam memilih. Pasangan UAS – Katamso terpilih karena kinerja sebelumnya memang bagus dalam memimpin. Berbeda dengan kandidat Incumbent lainnya yang bertumbangan, pasangan UAS – Katamso menang lebih dari 50 persen.
Selain kinerja sebelumnya, pemilihan pendamping juga sangat menentukan kemenangan. “Strategi penguasaan teritorial diterapkan oleh pasangan UAS – Katamso, mereka mewakili Tungkal Ilir dan Tunggal Ulu,” ujar Wawan menambahkan.
Jika ditilik dari politik uang, mungkin pasangan UAS – Katamso tidak jor – joran seperti yang orang lain lakukan, apalagi UAS adalah seorang ulama.
“Kita perlu yakin bahwa politik uang akan hilang seiring meningkatkan kesadaran masyarakat dan meningkatkan pendidikan. Dan kandidat kedepan hendaknya menghilangkan politik uang sebagai upaya utama, karena itu membodohi masyarakat,” tutup Wawan.